Tapanuli Utara pencapaian NISN sampai 17 Nop 07 = 78,19 %.
Sampai di Kantor disdik Taput, Tarutung, pukul 15.30 wib. Hujan lebat sekali sepanjang perjalanan dari Balige, Tobasa. Disambut oleh Kasi Data, Saiben Sitorus dan penanggungjawab NISN, Pardede. Operator ada dua orang, yang utama adalah Rida. Temuan:
1. Terjadi tarik menarik kepentingan antara bagian data dengan bagian dikmen.Mereka sama-sama merasa paling berhak menangani dapodik. Jelas kalau sudah begini bukan porsi kami. Satu hal, pengolahan data nisn berjalan lancar, karena operator dan penanggungjawab trus jalan tanpa terpengaruh konflik.
2. Ada beberapa permasalahan file yang diterima berukuran besar, padahal seharusnya kecil saja. Langsung kami trasfer menggunakan Linux Mandriva. caranya file tersebut dibuka dengan open office lalu disimpan dengan format .ods Selanjutnya kita buka kembali dan di save as dengan type file excell 1997/xp. Beres.
3. Secara teknis tidak ada permasalahan yang berarti di Taput. Kekurangan 12 % disebabkan karena belum terkumpulnya data dari sekolah-sekolah yang jauh dari kota.
1. Terjadi tarik menarik kepentingan antara bagian data dengan bagian dikmen.Mereka sama-sama merasa paling berhak menangani dapodik. Jelas kalau sudah begini bukan porsi kami. Satu hal, pengolahan data nisn berjalan lancar, karena operator dan penanggungjawab trus jalan tanpa terpengaruh konflik.
2. Ada beberapa permasalahan file yang diterima berukuran besar, padahal seharusnya kecil saja. Langsung kami trasfer menggunakan Linux Mandriva. caranya file tersebut dibuka dengan open office lalu disimpan dengan format .ods Selanjutnya kita buka kembali dan di save as dengan type file excell 1997/xp. Beres.
3. Secara teknis tidak ada permasalahan yang berarti di Taput. Kekurangan 12 % disebabkan karena belum terkumpulnya data dari sekolah-sekolah yang jauh dari kota.
Tapanuli Tengah pencapaian NISN sampai 17 Nop 07 = 31,53%.
Sampai di Pandan, pukul 10.00 pagi sehabis dari Sibolga. Langsung kami mencari Kasi data. ternyata beliau tak tahu sama sekali tentang dapodik ("Setitikpun aku tak tahu tentang ini!" katanya. :) beliau langsung menunjuk Ka Tu, karena Kadis sedang tak berada di tempat. Ternyata di sini Ka TU (maaf) sangat berperan. Kami bicara sebentar lalu dipanggillah kasi diklusepora (?). Ternyata beliau itu sebagai pengelola dapodik. Lalu coba kami tanya tantang perkembangan dapodik... agak tersendat-sendat jawabannya.Kami langsung tanya siapa operatornya, ditunjuknya seorang ibu yang ternyata juga kebingungan (kok saya yang
ditunjuk? begitu pikirnya ...:)) Akhirnya, kami tak mau buang waktu maka kami ajarilah si ibu tersebut uploader NISN dan segalanya. 2 jam waktu yang dibutuhkan untuk mengajarinya.Sepertinya mulai paham. Sementara Ka TU sudah pamit meninggalkan kami begitu kami mulai detail bertanya NISN.Satu hal, karena emosi sudah bermain, kami menjadi lupa untuk mencatat nama si operator dan pengelola nisn :(, karena sebenarnya, pagi tadi sewaktu di Sibolga, kami sangat ditahan untuk belum boleh pergi oleh kasubdisnya
untuk berdiskusi tentang ict, tetapi kami beralasan hendak ke Tapteng. Pastinya:
1. Data-data yang terkumpul masih jauh dari harapan. Untuk mempercepatnya sebagian kami bawa untuk dibantu mengedit dan mengupload dari medan.
2. Pemahaman tentang dapodik masih perlu ditingkatkan.
Sampai di Pandan, pukul 10.00 pagi sehabis dari Sibolga. Langsung kami mencari Kasi data. ternyata beliau tak tahu sama sekali tentang dapodik ("Setitikpun aku tak tahu tentang ini!" katanya. :) beliau langsung menunjuk Ka Tu, karena Kadis sedang tak berada di tempat. Ternyata di sini Ka TU (maaf) sangat berperan. Kami bicara sebentar lalu dipanggillah kasi diklusepora (?). Ternyata beliau itu sebagai pengelola dapodik. Lalu coba kami tanya tantang perkembangan dapodik... agak tersendat-sendat jawabannya.Kami langsung tanya siapa operatornya, ditunjuknya seorang ibu yang ternyata juga kebingungan (kok saya yang
ditunjuk? begitu pikirnya ...:)) Akhirnya, kami tak mau buang waktu maka kami ajarilah si ibu tersebut uploader NISN dan segalanya. 2 jam waktu yang dibutuhkan untuk mengajarinya.Sepertinya mulai paham. Sementara Ka TU sudah pamit meninggalkan kami begitu kami mulai detail bertanya NISN.Satu hal, karena emosi sudah bermain, kami menjadi lupa untuk mencatat nama si operator dan pengelola nisn :(, karena sebenarnya, pagi tadi sewaktu di Sibolga, kami sangat ditahan untuk belum boleh pergi oleh kasubdisnya
untuk berdiskusi tentang ict, tetapi kami beralasan hendak ke Tapteng. Pastinya:
1. Data-data yang terkumpul masih jauh dari harapan. Untuk mempercepatnya sebagian kami bawa untuk dibantu mengedit dan mengupload dari medan.
2. Pemahaman tentang dapodik masih perlu ditingkatkan.
Tapanuli Selatan pencapaian NISN sampai 17 Nop 07 = 4,77%.
Menjelang Magrib sampai di Padang Sidempuan,Tapsel, setelah sebelumnya di KotaSidempuan. Mereka memaksa malam ini, karena esoknya Kota Sidempuan akan melaksanakan Pilkada dan libur total, ini berimbas pula ke Kabupaten Tapsel. "Semalam-malamnya Kami tunggu"
kata mereka.Operator dan Kasi data telah kami kenal sewaktu workshop di Medan. Seperti yang sudah mereka jelaskan sebelumnya, bahwa mereka tidak tahu akan NISN ini. Jadi, mereka secara kilat sudah membentuk tim nisn dan langsung bekerja. Inilah hasilnya 4,77 %. Temuan:
1. Menurut mereka, mereka belum menerima dana blockgrant untuk NISN ini. Sesudah dikonfirmasi ke Pak Cucu oleh Bu anas, diinformasikan bahwa semua dana BG sudah didistribusikan. Selanjutnya kami minta nomor rekening mereka untuk konfirmasi.
2. Data yang diterima banyak dalam bentuk disket dan tak dapat terbaca.
3. Lokasi sekolah sebagian terletak di perbatasan Riau, perlu 2 hari 2 malam untuk mencapainya.
4. Tim yang dibentuk sangat bersemangat, sayang untuk menjemput data mereka terkendala dana.
Pandangan umum:
untuk daerah Tapanuli ini, ternyata terjadi hal yang sama dengan sebagian besar kabupaten/kota lain di sumut.
1.terjadinya pergantian pimpinan, mengakibatkan pula perubahan sampai ke tingkat grassroot. Faktor non teknis seperti(maaf), kerabat, like and dislike sangat kental dalam menentukan pengelola dan operator nisn, sehingga kemampuan teknis tidak menjadi faktor yang dianggap perlu.
2. Jarak antara kecamatan dan kota masih sangat jauh,terkadang pegawai KCD(kantor cabang dinas)pun tak pernah sampai ke lokasi.
3. Banyak sekolah belum memiliki komputer, sehingga pengetikan data di upahkan. Furthermore, penjual jasa pengetikan mengetik sesuai seleranya yang tak sesuai dengan format(excell) seharusnya. Operator nisn-nya??? Pasti pusing 7 keliling menerimanya. Oya kejadian ini di Balige (Tobasa), kami melihat sendiri, ada sebuah sekolah SMA memberikan laporan dengan cara ditulis tangan!!!! Kepseknya mengatakan bahwa mereka belum memiliki sebuah mesin tik sekalipun.
Menjelang Magrib sampai di Padang Sidempuan,Tapsel, setelah sebelumnya di KotaSidempuan. Mereka memaksa malam ini, karena esoknya Kota Sidempuan akan melaksanakan Pilkada dan libur total, ini berimbas pula ke Kabupaten Tapsel. "Semalam-malamnya Kami tunggu"
kata mereka.Operator dan Kasi data telah kami kenal sewaktu workshop di Medan. Seperti yang sudah mereka jelaskan sebelumnya, bahwa mereka tidak tahu akan NISN ini. Jadi, mereka secara kilat sudah membentuk tim nisn dan langsung bekerja. Inilah hasilnya 4,77 %. Temuan:
1. Menurut mereka, mereka belum menerima dana blockgrant untuk NISN ini. Sesudah dikonfirmasi ke Pak Cucu oleh Bu anas, diinformasikan bahwa semua dana BG sudah didistribusikan. Selanjutnya kami minta nomor rekening mereka untuk konfirmasi.
2. Data yang diterima banyak dalam bentuk disket dan tak dapat terbaca.
3. Lokasi sekolah sebagian terletak di perbatasan Riau, perlu 2 hari 2 malam untuk mencapainya.
4. Tim yang dibentuk sangat bersemangat, sayang untuk menjemput data mereka terkendala dana.
Pandangan umum:
untuk daerah Tapanuli ini, ternyata terjadi hal yang sama dengan sebagian besar kabupaten/kota lain di sumut.
1.terjadinya pergantian pimpinan, mengakibatkan pula perubahan sampai ke tingkat grassroot. Faktor non teknis seperti(maaf), kerabat, like and dislike sangat kental dalam menentukan pengelola dan operator nisn, sehingga kemampuan teknis tidak menjadi faktor yang dianggap perlu.
2. Jarak antara kecamatan dan kota masih sangat jauh,terkadang pegawai KCD(kantor cabang dinas)pun tak pernah sampai ke lokasi.
3. Banyak sekolah belum memiliki komputer, sehingga pengetikan data di upahkan. Furthermore, penjual jasa pengetikan mengetik sesuai seleranya yang tak sesuai dengan format(excell) seharusnya. Operator nisn-nya??? Pasti pusing 7 keliling menerimanya. Oya kejadian ini di Balige (Tobasa), kami melihat sendiri, ada sebuah sekolah SMA memberikan laporan dengan cara ditulis tangan!!!! Kepseknya mengatakan bahwa mereka belum memiliki sebuah mesin tik sekalipun.
sabulan lah sudah maninggalakan kotabaru. mun mandangar kisahnya disana baulah laporan batulis tangan, rasa nyaman di kotabaru.
ReplyDeletepabila pang dilajari baulah themepilan blog nang bagus ni...