Cukup
lama saya membaca makna kata tersebut, yah Spiritualitas. awalnya, ketika saya
harus mulai menguasai bidang pekerjaan baru, yaitu mengelola seksi peningkatan
kompetensi, sesuai dengan permendikbud nomor 39 tahun 2012. Salah satu mata
diklat adalah Kepemimpinan Spiritual. Saya secara serius mempelajari materi
yang ada. Hm.. sepertinya ada yang kurang pas. saya coba mencari tahu ke mbah
google. weleh.. tepat dugaan saya. Terlebih ketika saya terlibat diskusi dengan
salah seorang dosen dari UNS. OMG!!! Semakin membuat saya ketagihan mencari referensi
tentang itu.
Ketika
saya berkesempatan bertugas ke Bali, saya menemenui kawan lama saya. Seorang
dokter spesialis kandungan, yang minatnya kepada spiritualitas begitu tinggi.
Diskusi yang berlangsung selama dua jam menghasilkan beberapa kesimpulan. utamanya,
bagaimana menanamkan nilai-nilai kemanusiaan.
Pendapat
seorang ahli, Fry, memberikan saya pemahaman mendalam tentang kepemimpinan
spiritual. Intinya, sangat berbeda dengan kepemimpinan religitas. Walaupun,
kalau sekilas kita mendengar, hampir-hampir mirip. Hanya golnya berbeda, yang
satu untuk mencapai tujuan hidup beragama sementara satunya, bagaimana mencapai
visi dan misi organisasi. sementara jalannya hampir mirip. Perbedaanya ya pada
golnya tersebut.
Sebenarnya,
ketika saya mulai mencoba melakukan internalisasi kedalam diri saya, saya
menemukan contoh yang riil dan tak terbantahkan (menurut saya dan data).
Contohnya, yah diri saya ini. Baik dulu dan sekarang.
Dulu
tepatnya mulai tahun 2000-2004. Saya menjadi kepala SMKN dengan jumlah
murid 700 an dan jumlah guru 50an serta tenaga TU kira-kira 5 orang. Komposisi
dari sisi keyakinan yang dianut baik murid maupun guru dan staf, 99,9 % berbeda
dengan saya. tetapi selama saya memimpin, tidak pernah ada hambatan yang
berarti dikarenakan (mungkin) kepemimpinan spiritualitas yang saya terapkan
sesuai. Sekarang saya sedang mencoba kembali mengingat-ingat. Apa-apa yang
pernah saya lakukan ketika itu.