Wednesday, June 20, 2007

Hadji Damopolu


Hadji damopolu
Originally uploaded by I NYOMAN RUDI K.
Semenjak beberapa hari yang lalu, di lapangan sepakbola dekat rumah dilaksanakan kejuaraan sepakbola Camat Cibinong Cup ke V. lapangan di pagar pakai terpal. Mungkin bayar kalau mau nonton. Awalnya saya kurang tertarik untuk menyaksikannya, biasalah sepakbola tarkam yang ada bukan main bola, tetapi main kaki!!! Dan dilanjutkan dengan keributan. :P
Beberapa hari lalu ketika di televisi penuh dengan siaran Copa Dji Sam Soe, istri saya menganjurkan untuk menyaksikan langsung salah satu pertandingan di lapangan dekat rumah itu. Saya bilang, ”malas ah takut ribut dan harus bayar lagi enakan di TV!!” Ternyata kata mertua saya ga bayar, dan juga mendorong saya untuk menyaksikannya. Yah sudahlah saya berjalan menuju lapangan. Sayup-sayup terdengar ada siaran langsung pandangan mata (istilah RRI dulu) dari pertandingan tersebut. Wah asik juga nonton sambil mendengarkan siaran pandangan mata, yang begini nih gak bakalan ada di Liga Indonesia. Cepat saya melangkah, dan ternyata suara penyiarnya mirip penyiar Nus Tuwa Nahkota (sekarang di TVRI Surabaya). Dengan agak ragu saya mulai mendekat pintu masuk samping sebuah TK, ternyata ga bayar! Asoy ngirit duit, juga saya langsung berada disamping penyiarnya. Makin asik juga.
Lama sekali saya pandangi penyiarnya, yang pasti ga sama dengan penyiar asli-wong inikan hanya untuk didengarkan diseputar lapangan sahaja. Dari topi yang dikenakan saya baca namanya Hadji Damopolu. Heheheh ... geli jadinya, kaya orang Kotabaru dari gayanya bicara. Bugis mania. Tapi, memang mengasikkan.
Pertandingan sendiri antara Persika Sukahati melawan GRPC berakhir dengan skor 2 – 1. tapi yang paling berkesan adalah Hadji Damopolu telah membuka ingatan saya tentang siaran pandangan mata sepakbola dulu waktu saya kecil dan belum ada siaran langsung sepakbola di TVRI (yang cuma satu-satunya), semua akan terngowoh didepan radio mendengarkan suara-suara Sazli Rais, Syamsul Muin Harahap, Sambas, dan lainnya. Begitu indahnya ketika awal diadakannya Galatama. Favorit saya waktu itu adalah kesebelasan Pardedetex Medan, milik Keluarga Pardede. Pemain-pemainnya bagus dan berkualitas plus pemain asingnya si Jairo Matos (kini dimana yah? Mungkin menangani Harimau Tapanuli) yang bersaing ketat dengan pemain Niac Mitra Surabaya, Fandi Akhmad dari Singapura (kini melatih di Pelita Purwakarta). Pokoknya sangat berkesan dan sangat tidak seimbang jika dibandingkan dengan kondisi sepakbola sekarang yang penuh dengan keributan, tawuran dan aksi-aksi anarkis. Terimakasih Hadji Damopolu, anda telah memberikan saya inspirasi untuk membuat cerita ini.
Itu fotonya, yang dengan gagahnya duduk diatas kursi tinggi yang disediakan panitia. Yah bola dibawa agus di oper kepada wawan, otak atik sebentar dan langsung tembakan ke arah gawang .... dan Ahhhhhhhhhhh .....

No comments:

Post a Comment

Be a good person, please!!