Wednesday, November 03, 2010

Day 5

Pandangan miring siswa agar rajin belajar, apa gunanya?
Wesss... klo ujian nasional sudah ada yang menghandle, buat apa belajar lagi? Secara dah ga ada gunanya lagih tuk belajar pelajaran di sekolah. Selain itu juga, buat apa mbuang-mbuang waktu dan tenaga buat mikirin mata pelajaran yang non UAN. Ga penting! Jadi, baik memikirkan yang lain atau sama sekali ga usah mikirin pelajaran. Masih banyak yang harus diberi perhatian. Sinetron yang menampilkan bintang-bintang yang ganteng dan cantik-cantik, reality show, Indonesia mencari bakat, Indonesian Idols, KDI atau apalah. Itu jauh lebih menarik. Facebook, Twitter, dan Social networking lainnya sudah menjadi kewajiban sehari-hari. Wah.. bisa kacau klo sampai tidak punya account di jejaring tersebut. Update status minimal 2 kali sehari. Hasilnya? Bisa dong menggunakan bahasa SMS or bahasa fesbukan yang serba irit. Hr gn g bs updte status? Kecian dch si agan yg 1 ne. Thx bntuanx.

Interpretasi suasana senang (sesuka hati) ini pun berdampak lain. Sering kita mendengar, di beberapa tempat terjadi demo dan pemberontakan teradap guru-guru yang sedang menerapkan disiplin secara benar, tetapi tidak membuat siswa-siswi senang. Jadi, prinsip sekali bagi siswa-siswi jika mereka merasa terkekang kesenangannya akibat sebuah perlakuan yang didasarkan penerapan peraturan sekolah, mereka akan memberontak. Salah satunya dengan turun ke jalan. Demo.

Organisasi siswa di sekolah, OSIS, mengalami perubahan paradigma juga. Osis harus merancang kegiatan-kegiatan yang trendy. Sesuai mode yang ada, kegiatan sosial, kalaupun ada, harus berkesan glamour dan meriah. Untuk kegiatan ekstra kurikuler harus yang moderen. Drumband, cheerleaders, dance, modeling, dan lainnya. Soal pembiayaan? Ga masalah. Minta ama Ortu. Selesai. Klo ga dikasih? Yah ga mau sekolah. Pasti dikasih kalau ancamannya begitu. Kalau tetap ga dikasih? Kabur dari rumah untuk beberapa hari. Wah... makin berat tuh akibatnya. Nah bagi yang kurang senang berorganisasi seperti OSIS, mereka membuat geng./kelompok. Geng ini secara organisasi tidak jelas bentuknya, tetapi mempunyai komitmen yang kuat. Jauh melebihi komitmen berorganisasi di OSIS. Sering kita lihat gambaran geng di sekolah ataupun geng di luar sekolah. Contohnya Geng Motor di Bandung dan kota-kota lainnya. Ini jelas menampakkan, siswa-siswi masih merasa kurang kesenangannya jika hanya mencari di sekolah saja, untuk itulah geng di luar sekolah dibentuk. Ga lucu dong klo sampe dibilang ga ngetren cara berpenampilannya.

Persaingan antar siswa antar sekolah menjadi terbuka, bagai api dalam sekam. Sedikit saja tersenggol maka tawuran akan terjadi. Di Kotabaru? Ada tuh ... jangan khawatir. Trendy juga dong. SMAn 1 Kotabaru vs SMKN 1 Kotabaru dan SMAN 2 Kotabaru vs SMKN 2 Kotabaru. Yah secara kesetaraan, lumayanlah pencapaian siswa-siswi di kotabaru ini. Walaupun secara kualitas dan kuantitas jika dibandingkan dengan tawuran di Jawa... yah masih jauh.

Klo para pendahulu kita masih hidup, tentunya mereka akan iri sekali melihat kondisi anak-anak sekarang. Mestinya mereka menyesal karena wafat terlebih dahulu dan tidak dapat menikmati alam kemerdekaan ini. Klo dahulu mereka harus bersembunyi dari kejaran para tentara penjajah, sekarang, anak-anak begtiu bebasnya menikmati bepergian kemana-mana. Klo dahulu mo memakai baju saja sulit sehingga sering tidak berbaju, klo sekarang mudahnya mendapatkan berbagai model baju, dari yang full sampai yang You can see even baju model robek-robek kena panasnya wedus gembel.

Nah, karena sudah terjamin dengan kelulusannya, otomatis telah tertanam dalam pikiran mereka, bahwa untuk meraih segala sesuatu tuh sangat mudah, tergantung dari kekaitannya. Ga perlu susah-susah. Filosofi, tanpa kerja keras, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga, memang semakin membumi. Paling tidak, mereka sekarang kan masih muda, yah menikmati dulu masa foya-foyanya.

EOF hari 5.
Sarpras, OSOL, SPM, keterkaitan/korelasi sarpras-prestasi

No comments:

Post a Comment

Be a good person, please!!