Friday, November 05, 2010

Day 7

Menyikapi pertanyaan, korelasi ketersediaan sarana dan prasarana dengan ketercapaian tujuan pembelajaran, sangat debatable tetapi semua akan kembali berpulang pada pelakunya. Sarana dan prasarana hanyalah tools untuk menunjang tercapainya tujuan. Ibarat pagelaran wayang, semua tergantung dalangnya. Klo kita sikapi sekarang, bahwa siswa bukan sebagai objek Pendidikan, melainkan subjeknya, maka dapat dimungkinkan siswa sebagai dalangnya. Dalang akan belajar kepada gurunya dalang. So, peran guru sekarang harus lebih sebagai fasilitator. Memfasilitasi siswa dalam menemutunjukan apa yang dilakukannya dalam proses belajar mengajar. Nah, sedemikian pentingnya fungsi guru disini. Artinya kembali pada pengertian dan fungsi dari sarana dan prasarana tadi, tools. Kembali ke Dalang.

Saya ingin share sebuah perjalanan saya dengan kawan-kawan guru bahasa inggris di SMK dulu. Saat itu, kami mempunyai 4 guru bahasa inggris yang mempunyai kemauan yang keras untuk maju dan kreatifitas yang tinggi. Tetapi belum tersalur sesuai keinginan mereka. Kebetulan saya suka sekali bahasa inggris, maka kloplah. Kami merencanakan membuka kursus dan pelayanan bahasa inggris untuk khalayak ramai di kotabaru. Rencana disusun sedemikian rupa, saya sangat menikmati diskusi-diskusi yang terjadi. Hingga akhirnya kita semua terbentur dengan masalah klasik, terbatasnya dana. Yah, dana. Kita perlu membeli itu ini tapi tidak punya dana. Duh… untungnya kondisi ini membuat kami lebih berfikir keras. Sampai suatu masa dimana kami bertekad untuk membuat kelas-kelas unggulan dengan modal seadanya, peralatan seadanya. Dan kami sangat menyadari, bahwa investasi yang akan dan telah kami lakukan ini baru akan dinikmati paling cepat 2 tahun ke depan.

Ternyata prediksi kami tidak meleset, dengan sarana dan prasarana seadanya, kami berhasil membentuk beberapa kelas unggulan dengan kemampuan bahasa inggris di atas rata-rata. Puncaknya, kami berhasil membawa siswa-siswi kami menjadi peringkat 9 nasional. Tetntulah cerita ini bersifat situasional. Hikmah dari kejadian ini, kami di sekolah sangat berkeyakinan bahwa untuk membuat sesuatu sarana dan prasarana hanyalah tools.

Keadaan sekarang, dengan dana BOS/BOMM yang dikucurkan pemerintah, dirasa masih sangat jauh dari cukup oleh rekan-rekan kepala sekolah untuk pemenuhan sarana dan prasarana. Hal ini sering saya dengar dari keluh kesah mereka ketika berjumpa dengan saya di kantor. Sedih juga saya mendengarnya. Saya dapat memahami bagaimana pusingnya memikirkan proses belajar mengjar bila terjadi kekurangan sarana dan prasarana, apalagi bila sang kepsek tidak memiliki semangat juang dan tidak memiliki kreatifitas yang tinggi untuk mencari solusi alternatif pemecahannya.

Riset korelasi antara ketersediaan sarana dan prasarana disekolah dengan keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran di Kotabaru, memang setahu saya belum pernah dilaksanakan. Saya hanya pernah membaca beberapa penelitian tindakan kelas (PTK) yang pernah dilakukan oleh rekan-rekan guru tentang penggunaan media dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Misal, penggunaan power point untuk pengajaran cara sholat yang benar. Bila tidak menggunakan penjelasan yang disertai penggunaan power point, terjadi perbedaan hasil bila menggunakannya. Hal itu saya baca melalui PTK tersebut. Padahal secara logika sih ga perlu diteliti lagi, tetapi namanya PTK kan tingkatannya yah sampai ditu saja. Beda dengan riset yang lebih tinggi.

Berdasarkan hal diatas, perlu diadakan riset khusus untuk mengetahui efektifitas dan korelasi ketersediaan sarana dan prasarana terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.

EOF hari 7.

No comments:

Post a Comment

Be a good person, please!!